Rabu, 30 Maret 2011

Metode Penyesatan dan Pemurtadan dunia Pendidikan Indonesia

Suburnya aliran sesat di luaran (di masyarakat
umum) bisa diketahui orang. Namun suburnya
penyemaian dan propaganda kesesatan lewat
jalur resmi dalam pendidikan tinggi Islam se-
Indonesia, banyak yang tidak bisa diketahui
umum. Padahal justru lebih sangat berbahaya
pula.Itu artinya, ada jalur-jalur yang ditempuh:
1. Aliran sesat di luaran (di masyarakat umum,
bukan di tempat-tempat pendidikan resmi)
dipelihara secara malu-malu, dan tempo-
tempo pura-pura digebug sebagai alat
pelayanan terhadap ummat Islam, nantinya
dibiarkan lagi dan bahkan dirangkul.
2. Kesesatan yang di dalam jalur structural
diimpor dari orang kafir ataupun murtad
(dengan cara menyekolahkan para dosen
IAIN dll untuk belajar“Islam” ke negeri-negeri
kafir di Barat) kemudian dipelihara dan
disebarkan secara sistematis lewat perguruan
tinggi Islam se-Indonesia dengan kurikulum
seragam dari Departemen Agama RI.
Kemudian ketika diprotes umat (karena tadinya
sebelum tahun 1980-an kurikulumnya berpijak
pada Ahlus Sunnah alias tunduk kepada dalil
ayat Al-Qur’an dan hadits, tapi kemudian diubah
menjadi Mu’tazilah dengan meninggikan atau
mendahulukan akal dibanding naql/wahyu oleh
Harun Nasution pemimpin IAIN Jakarta alumni
Mc Gill Canada atas pengaruh Mukti Ali Menteri
Agama) maka sudah ada jawabannya yang
praktis, yaitu sekarang Departemen Agama
(Kementerian Agama) sulit untuk mengubah
kurikulum itu kembali ke Ahlus Sunnah, karena
masing-masing perguruan tinggi Islam sudah
berdiri secara otonomi. Itulah sebuah
permainan, semula sengaja diubah menjadi
Mu’tazilah.
Setelah berubah dan bahkan sampai jadi liberal
dan bahkan pluralism agama alias menyamakan
semua agama (yang bahasa Islamnya kurang
lebih adalah kemusyrikan baru), lantas ada
suara-suara mengkritik, agar dikembalikan ke
yang semula yakni Ahlus Sunnah, maka
mereka beralasan bahwa kini sulit karena sudah
otonomi masing-masing perguruan tinggi
Islam. Permainan itu hanyalah untuk menutupi
belaka, dalam rangka memain-mainkan agama
Islam diarahkan kepada liberal alias bebas, yakni
merelatifkan kebenaran Islam dianggap relative
sama dengan agama-agama lain.
Semua itu dicekokkan kepada para mahasiswa,
yang pada hakekatnya adalah pemusyrikan
baru alias pemurtadan. Namanya masih
perguruan tinggi berlabel Islam, namun isinya
justru merusak Islam, dari tunduk kepada
wahyu menjadi tunduk kepada hawa nafsu
mereka. Benar-benar pendidikan yang berlabel
Islam namun hakekatnya pendidikan untuk
menjadikan hawa nafsu (mereka sebut akal)
sebagai tuhannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
Maha Tahu atas kejahatan mereka yang dalam
bayang-bayang kekafiran tingkat dunia ini.
3. Apakah benar-benar otonomi? Belum tentu.
Buktinya, sejak ditulis buku berjudul Ada
Pemurtadan di IAIN (se-Indonesia) oleh Hartono
Ahmad Jaiz tahun 2005, kemudian Ummat
Islam secara serempak tampaknya tidak
berminat memasukkan anak-anaknya ke
Fakultas Ushuluddin di manapun di perguruan
tinggi Islam: IAIN, UIN, STAIN, STAIS dan
semacamnya. Lalu tampaknya para pengelola
perguruan tinggi itu cari akal dengan aneka cara.
Belakangan, sampai ada yang dengan cara
mengganti nama Ushuluddin itu dengan nama
Da’wah, namun muatannya adalah Ushuluddin
yang telah dinilai bahaya oleh masyarakat itu,
dan mahasiswanya diberi bea siswa dari
Kementerian Agama. Sehingga Ushuluddin
yang sudah tidak diminati oleh masyarakat itu
cukup diubah namanya, dan bahkan diberi
kucuran dana dari Kementerian Agama, maka
mahasiswanya pun banyak jumlahnya.
Apakah itu bukan merupakan pengelabuhan
terhadap Ummat Islam oleh lembaga pusat
yang menguasai IAIN, UIN, STAIN, dan STAIS?
Dan apakah pengumpulan dosen-dosen IAIN dll
se-Indonesia sejumlah 165-an orang pertahun
yang konon didanai oleh The Asia Foundation
atau lembaga kafir semacamnya lewat
Kementerian Agama selama ini bukan
merupakan bukti bahwa IAIN, UIN, STAIN dan
semacamnya sejatinya adalah punya missi
pengkafiran sebagaimana yang dilakukan kaum
liberal di luaran?
Bahkan kaum liberal di luaran konon tidak
dikucuri dana lagi oleh The Asia Foundation
yang berpusat di Amerika, namun konon yang
lewat Kementerian Agama untuk menatar para
dosen perguruan tinggi Islam justru masih ada.
Jadi sama-sama mengadakan pengkafiran,
orang-orang liberal yang di luaran, yang dibenci
Ummat Islam karena ketahuan menyesatkan,
konon kini seret atau tidak lancer dananya dari
lembaga kafir.
Namun yang lewat dalam yakni jalur resmi
untuk pendidikan tinggi Islam di antaranya
untuk menatar para dosen IAIN dll se-Indonesia
konon masih didanai. Buktinya masih ada
penataran-penataran. Apakah itu karena
dianggap efektif dalam menyesatkan Ummat
Islam atau karena tidak mudah ketahuan oleh
Ummat, wallahu a’lam. Itu urusan
pertimbangan orang kafir dalam hal
menimbang mana yang lebih efektif dalam
mengkafirkan Ummat Islam.
4. Pengkafiran atau pemurtadan yang
diupayakan lembaga kafir internasional lewat
pusat Kementerian Agama dipersilakan
berlangsung, masih pula pendidikan tinggi
Islam itu di daerah tampaknya diintervensi pula
oleh penguasa daerah. Misalnya, ada keluhan, di
STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri)
Sumatera wilayah selatan (dengan 4.000-an
mahasiswa) ada orang yang tidak berkapasitas,
namun diangkat untuk memegang jabatan di
STAIN; lalu dia menerapkan kewajiban-
kewajiban kepada mahasiswa berupa hal-hal
yang tak layak secara Islam.
Misalnya mewajibkan hafal Barzanji, Tahlilan,
dan semacamnya untuk ujian komprehensif
sebagai syarat (harus lulus) untuk ujian skripsi.
Padahal Kitab Barzanji itu sendiri mengandung
banyak kesesatan.(lihat nahimunkar.com,
Kesesatan Kitab Barzanji, Qashidah Burdah,
dan Maulid Syarafil Anam, February 13,
20119:30 pm, http://www.nahimunkar.com/
kesesatan-kitab-barzanji-qashidah-burdah-dan-
maulid-syarafil-anam-2/)
Itulah kenyataan penyebab utama suburnya
aliran sesat di Indonesia. Jadi mereka itu bukan
hanya ada yang jago di bidang permalingan
yang disebut korupsi (ini harus dibuktikan, dan
satu dua atau lebih memang ada yang
tertangkap), namun jago pula dalam menlikung
Islam, masih mengaku Islam namun
merusaknya, sambil pura-pura menghadapi
aliran sesat.
Anehnya, sesama pembela atau bahkan
pengusung kesesatan, sering-sering saling
tuduh, dan saling tak percaya. Kadang suara
keras pun dilontarkan sesama mereka.
Misalnya, pada waktu yang lalu Gus Dur dan
Dawam Rahardjo mengecam keras
Departemen Agama RI dalam kasus Ahmadiyah
dan Nasr Hamid Abu Zayd (orang Mesir yang
divonis murtad oleh para ulama Mesir dan
Mahkamah Agung Mesir tahun 1996 karena
menganggap Al-Qur’an itu produk budaya,
kemudian ia lari ke Belanda justru dijadikan guru
besar ulumul Qur’an di antara muridnya ada
dosen IAIN dari Indonesia; dan tahun 2007
justru diundang oleh Departemen Agama RI
untuk menatar 165-an dosen IAIN dan
sebagainya se-Indonesia di Riau, Surabaya, dan
Malang; Alhamdulillah ditolak oleh MUI Riau dan
Ummat Islam Jawa Timur).
Gus Dur dan Dawam Rahardjo bukan protes
lantaran Depag mengundang Nasr Hamid, tetapi
lantaran Depag mengikuti protesnya MUI hingga
membatalkan Nasr Hamid sebagai pembicara.
Jadi hanya karena Depag mengikuti suara MUI
yang ingin membela Islam dan menghindari
pemurtadan saja sudah dikecam habis-habisan.
Padahal kalau mengikuti omongan Gus Dur,
justru lembaga-lembaga Islam pun akan rusak,
karena sampai Masjid Istiqlal pun menurut Gus
Dur, jangan hanya dikelola oleh orang Islam.
Masih dikelola oleh umat Islam saja kini sudah
mulai dirongrong secara aqidah, yaitu masjid
Istiqlal dijadikan lahan parkir acara malam tahun
baru 2008 oleh Pemda DKI Jakarta.1
Kira-kira, daripada mengikuti omongan Gus Dur
nanti lebih dikecam umat Islam, maka biarlah
sedikit mengikuti MUI dalam membatalkan Nasr
Hamid yang divonis murtad itu, asal program
pemurtadannya tetap jalan. Jadi kalau sudah
diikuti suara MUI kan sudah aman, pemurtadan
pun akan lebih lancar. Daripada ngotot
mempertahankan Nasr Hamid untuk bicara,
nanti malah pemurtadan sistematis lewat
hermeunetika dan pluralisme agama dalam
pendidikan tinggi Islam se-Indonesia diprotes
keras pula agar dibatalkan, lebih baik sedikit
mengalah, agar MUI dan lainnya mau diam.
Setelah itu program pemurtadan sistematis itu
tetap mereka langsungkan.
Tarik ulur dalam memelihara dan menjajakan
kesesatan ini tampaknya sudah menjadi
“pekerjaan” bagi para penyesat yang duduk di
sana. Tinggal setelah mereka dicabut nyawanya
oleh Malaikat Maut, baru tahu betapa pedihnya
siksa akibat kejahatan mereka secara sistematis
dan ramai-ramai merusak Islam lewat jalur
Islam itu.
Peringatan keras dari Allah Subhanahu wa Ta’ala
Peringatan Allah swt berikut ini perlu
direnungkan, untuk kembali ke jalan yang
benar.
ﻦﺒﺴﺤﺗ ﺎﻟﻭ
ﻪﻠﻟﺍ
ﺎﻤﻋ ﺎﻠﻓﺎﻏ
ﻞﻤﻌﻳ
ﻥﻮﻤﻟﺎﻈﻟﺍ
ﺎﻤﻧﺇ
ﻢﻫﺮﺧﺆﻳ
ﺺﺨﺸﺗ ﻡﻮﻴﻟ
ﻪﻴﻓ
ﺭﺎﺼﺑﺄﻟﺍ)42(
ﻦﻴﻌﻄﻬﻣ
ﻲﻌﻨﻘﻣ
ﺎﻟ ﻢﻬﺳﻭﺀﺭ
ﺪﺗﺮﻳ
ﻢﻬﻴﻟﺇ
ﻢﻬﻓﺮﻃ
ﻢﻬﺗﺪﺌﻓﺃﻭ
ﺀﺍﻮﻫ)43(
ﺭﺬﻧﺃﻭ
ﻡﻮﻳ ﺱﺎﻨﻟﺍ
ﻢﻬﻴﺗﺄﻳ
ﺏﺍﺬﻌﻟﺍ
ﻝﻮﻘﻴﻓ
ﻦﻳﺬﻟﺍ
ﺍﻮﻤﻠﻇ
ﺎﻨﺑﺭ
ﻰﻟﺇ ﺎﻧﺮﺧﺃ
ﺐﻳﺮﻗ ﻞﺟﺃ
ﻚﺗﻮﻋﺩ ﺐﺠﻧ
ﻊﺒﺘﻧﻭ
ﻞﺳﺮﻟﺍ
ﻢﻟﻭﺃ
ﺍﻮﻧﻮﻜﺗ
ﻦﻣ ﻢﺘﻤﺴﻗﺃ
ﻢﻜﻟ ﺎﻣ ﻞﺒﻗ
ﻝﺍﻭﺯ ﻦﻣ)44(
ﻲﻓ ﻢﺘﻨﻜﺳﻭ
ﻦﻛﺎﺴﻣ
ﻦﻳﺬﻟﺍ
ﺍﻮﻤﻠﻇ
ﻢﻬﺴﻔﻧﺃ
ﻢﻜﻟ ﻦﻴﺒﺗﻭ
ﺎﻨﻠﻌﻓ ﻒﻴﻛ
ﻦﻴﺒﺗﻭ ﻢﻬﺑ
ﻒﻴﻛ ﻢﻜﻟ
ﻢﻬﺑ ﺎﻨﻠﻌﻓ
ﺎﻨﺑﺮﺿﻭ
ﻢﻜﻟ
ﻝﺎﺜﻣﺄﻟﺍ)45(
ﺍﻭﺮﻜﻣ ﺪﻗﻭ
ﻢﻫﺮﻜﻣ
ﻪﻠﻟﺍ ﺪﻨﻋﻭ
ﻥﺇﻭ ﻢﻫﺮﻜﻣ
ﻢﻫﺮﻜﻣ ﻥﺎﻛ
ﻪﻨﻣ ﻝﻭﺰﺘﻟ
ﻝﺎﺒﺠﻟﺍ)46(
ﻦﺒﺴﺤﺗ ﺎﻠﻓ
ﻒﻠﺨﻣ ﻪﻠﻟﺍ
ﻪﻠﺳﺭ ﻩﺪﻋﻭ
ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺇ
ﻭﺫ ﺰﻳﺰﻋ
ﻡﺎﻘﺘﻧﺍ)47(
ﻝﺪﺒﺗ ﻡﻮﻳ
ﺮﻴﻏ ﺽﺭﺄﻟﺍ
ﺽﺭﺄﻟﺍ
ﺕﺍﻮﻤﺴﻟﺍﻭ
ﺍﻭﺯﺮﺑﻭ
ﻪﻠﻟ
ﺪﺣﺍﻮﻟﺍ
ﺭﺎﻬﻘﻟﺍ)48(
ﻯﺮﺗﻭ
ﻦﻴﻣﺮﺠﻤﻟﺍ
ﺬﺌﻣﻮﻳ
ﻲﻓ ﻦﻴﻧﺮﻘﻣ
ﺩﺎﻔﺻﺄﻟﺍ)49(
ﻢﻬﻠﻴﺑﺍﺮﺳ
ﻥﺍﺮﻄﻗ ﻦﻣ
ﻰﺸﻐﺗﻭ
ﻢﻬﻫﻮﺟﻭ
ﺭﺎﻨﻟﺍ)50(
ﻱﺰﺠﻴﻟ
ﻞﻛ ﻪﻠﻟﺍ
ﺎﻣ ﺲﻔﻧ
ﻥﺇ ﺖﺒﺴﻛ
ﻊﻳﺮﺳ ﻪﻠﻟﺍ
ﺏﺎﺴﺤﻟﺍ)51(
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad)
mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang
diperbuat oleh orang-orang yang zalim.
Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada
mereka sampai hari yang pada waktu itu mata
(mereka) terbelalak. Mereka datang bergegas-
gegas memenuhi panggilan dengan
mengangkat kepalanya, sedang mata mereka
tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.
Dan berikanlah peringatan kepada manusia
terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab
kepada mereka, maka berkatalah orang-orang
yang zalim: 'Ya Tuhan kami, beri tangguhlah
kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun
dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan
mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti
rasul-rasul'. (Kepada mereka dikatakan):
'Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di
dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?
dan kamu telah berdiam di tempat-tempat
kediaman orang-orang yang menganiaya diri
mereka sendiri, dan telah nyata bagimu
bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka
dan telah Kami berikan kepadamu beberapa
perumpamaan?'
Dan sesungguhnya mereka telah membuat
makar yang besar padahal di sisi Allah-lah
(balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya
makar mereka itu (amat besar) sehingga
gunung-gunung dapat lenyap karenanya.
Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira
Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-
rasul-Nya; sesungguhnya Allah Maha Perkasa,
lagi mempunyai pembalasan.(Yaitu) pada hari
(ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan
(demikian pula) langit, dan mereka semuanya
(di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke
hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.
Dan kamu akan melihat orang-orang yang
berdosa pada hari itu diikat bersama-sama
dengan belenggu.
Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan
muka mereka ditutup oleh api neraka, agar Allah
memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang
terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya
Allah Maha cepat hisab-Nya. (QS. Ibrahim [14] :
42-51)
*Hartono Ahmad Jaiz dalam bukunya yang
berjudulNabi-Nabi Palsu dan Para Penyesat
Umat, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta 2008, dengan
ditambahi kejadian yang baru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar